Kamu pernah merasa panik ketika ada pengeluaran mendadak? Misalnya, kendaraan rusak, ada anggota keluarga sakit, atau bahkan kehilangan pekerjaan? Di saat seperti itu, banyak orang akhirnya memilih berhutang karena tidak punya simpanan khusus. Inilah alasan kenapa dana darurat sangat penting.
Sayangnya, masih banyak orang yang menganggap dana darurat tidak terlalu perlu. Padahal, survei OJK (2022) menunjukkan lebih dari 60% masyarakat Indonesia belum memiliki tabungan yang cukup untuk menghadapi kondisi darurat. Oleh karena itu, memiliki strategi dan tips menyimpan dana darurat adalah langkah bijak untuk menjaga stabilitas keuanganmu.
Apa Itu Dana Darurat?
Dana darurat adalah tabungan khusus yang disiapkan untuk kebutuhan mendesak dan tak terduga. Jumlah idealnya adalah 3–6 kali pengeluaran bulanan, atau lebih jika kamu sudah berkeluarga.
Misalnya, jika pengeluaran bulananmu Rp5 juta, maka dana darurat ideal adalah Rp15–30 juta. Dana ini tidak boleh digunakan untuk liburan, belanja barang mewah, atau keinginan lain, tapi khusus untuk keadaan darurat saja.
1. Tetapkan Target Dana Darurat
Langkah pertama dalam tips menyimpan dana darurat adalah menetapkan target nominal sesuai kebutuhan.
- Lajang: 3–6 bulan biaya hidup.
- Menikah: 6 bulan biaya hidup.
- Menikah dengan anak: 9–12 bulan biaya hidup.
Misalnya, seorang pegawai bernama Dita dengan pengeluaran Rp4 juta per bulan, menargetkan dana darurat Rp24 juta. Dengan target jelas, ia jadi lebih konsisten menabung setiap bulan.
Menurut Consumer Financial Protection Bureau (2017), tujuan yang terukur membuat orang lebih disiplin dalam mengelola tabungan.
2. Sisihkan Uang di Awal, Bukan di Akhir
Kesalahan umum adalah menabung dari sisa pengeluaran. Padahal, sering kali sisa itu tidak ada. Cara yang lebih efektif adalah menerapkan prinsip pay yourself first.
Contohnya ada seorang pegawai bernama Bayu yang mendapat gaji Rp6 juta. Begitu menerima gaji, ia langsung memindahkan Rp600 ribu (10%) ke rekening khusus dana darurat, baru kemudian menggunakan sisanya untuk kebutuhan bulanan. Metode ini terbukti meningkatkan peluang keberhasilan menabung (Thaler & Benartzi, 2004).
3. Gunakan Rekening Terpisah
Salah satu tips menyimpan dana darurat yang paling penting adalah memisahkan rekeningnya dari tabungan harian. Tujuannya agar kamu tidak tergoda menggunakan dana tersebut untuk belanja rutin.
Kamu bisa membuka rekening tabungan online tanpa kartu ATM untuk dana darurat. Jadi, setiap kali ada keinginan impulsif, ia tidak bisa mudah mengambil uang dari dana daruratnya.
Baca Juga: 5 Aplikasi Pencatat Keuangan Pribadi, Ngatur Uang Lebih Efektif dan Mudah
4. Pilih Instrumen yang Likuid dan Aman
Dana darurat harus mudah dicairkan kapan saja. Jadi, jangan simpan dalam bentuk investasi berisiko tinggi seperti saham. Instrumen yang disarankan:
- Tabungan bank.
- Deposito.
- Reksa dana pasar uang.
Misalnya, kamu menyimpan Rp10 juta di tabungan biasa dan Rp20 juta di reksa dana pasar uang. Saat butuh cepat, kamu bisa pakai tabungan. Saat ada waktu lebih fleksibel, kamu bisa mencairkan reksa dana dalam 2-3 hari kerja.
Menurut riset Vanguard (2019), reksa dana pasar uang adalah instrumen yang aman dengan risiko rendah dan likuiditas tinggi, cocok untuk dana darurat.
5. Mulai dari Nominal Kecil, Asal Konsisten
Banyak orang menunda karena merasa harus menabung besar. Padahal, memulai kecil lebih baik daripada tidak sama sekali.
Misalnya, Budi hanya bisa menyisihkan Rp200 ribu per bulan. Dalam setahun, ia sudah mengumpulkan Rp2,4 juta. Walaupun kecil, dana ini bisa menolong saat harus membayar biaya berobat mendadak. Konsistensi lebih penting daripada jumlah besar sekaligus.
6. Gunakan Fasilitas Otomatis
Agar lebih disiplin, manfaatkan fitur auto-debit dari rekening gaji ke rekening dana darurat. Dengan begitu, kamu tidak perlu mengandalkan ingatan atau niat semata.
Misalnya, kamu mengaktifkan auto-debit Rp500 ribu per bulan ke reksa dana pasar uang. Karena otomatis, ia tidak merasa terbebani, dan setelah 2 tahun ia sudah punya Rp12 juta.
Baca Juga: 12 Cara Menambah Penghasilan Bulanan yang Bisa Kamu Coba
7. Hindari Menggunakan Dana Darurat untuk Hal Non-Darurat
Disiplin adalah kunci. Jangan sampai dana darurat terkuras hanya karena godaan diskon belanja atau traveling.
Misalnya, Lina pernah tergoda memakai dana darurat untuk membeli smartphone baru. Akibatnya, saat anaknya sakit, ia terpaksa berhutang. Dari pengalaman itu, ia belajar disiplin dalam menjaga dana darurat.
8. Evaluasi dan Tingkatkan Secara Berkala
Seiring bertambahnya kebutuhan hidup, target dana darurat juga harus diperbarui. Misalnya, saat kamu menikah, punya anak, atau pindah ke kota dengan biaya hidup lebih tinggi.
Contohnya, ada seorang karyawan bernama Arya yang awalnya menargetkan dana darurat sebesar Rp15 juta saat masih lajang. Tapi setelah menikah, ia menaikkan target menjadi Rp40 juta untuk menyesuaikan kebutuhan keluarga.
Baca Juga: 4 Alasan Pentingnya Memisahkan Rekening Tabungan dan Pengeluaran
Manfaat Punya Dana Darurat
Dengan menerapkan tips menyimpan dana darurat, kamu akan merasakan banyak manfaat, seperti:
- Hidup lebih tenang karena siap menghadapi keadaan darurat.
- Terhindar dari hutang mendadak.
- Lebih fokus mencapai tujuan keuangan jangka panjang.
Menurut penelitian Lusardi, Schneider, & Tufano (2011), individu yang memiliki tabungan darurat mengalami tingkat stres finansial lebih rendah dibanding yang tidak memilikinya.
Memiliki dana darurat adalah langkah fundamental dalam perencanaan keuangan. Dengan menetapkan target, menyisihkan di awal, memisahkan rekening, memilih instrumen yang tepat, hingga menjaga disiplin, kamu bisa menjalankan tips menyimpan dana darurat dengan konsisten.
Ingat, dana darurat bukan sekadar tabungan, melainkan “jaring pengaman” yang membuatmu lebih tenang dalam menghadapi hidup yang penuh ketidakpastian. Jadi, jangan tunda lagi—mulailah hari ini, sekecil apa pun nominalnya.
Referensi:
- Foto Thumbnail: Freepik.com
- Consumer Financial Protection Bureau. (2017). Planning for Emergencies. Washington, DC.
- Lusardi, A., Schneider, D., & Tufano, P. (2011). Financially Fragile Households: Evidence and Implications. Brookings Papers on Economic Activity, 83–134.
- Otoritas Jasa Keuangan (OJK). (2022). Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan. Jakarta: OJK.
- Thaler, R. H., & Benartzi, S. (2004). Save More Tomorrow™: Using Behavioral Economics to Increase Employee Saving. Journal of Political Economy, 112(1), S164–S187.
- Vanguard. (2019). The Role of Money Market Funds in a Portfolio. Pennsylvania: Vanguard Research.