Hutang sering kali jadi jalan pintas ketika kebutuhan mendesak datang, sementara tabungan tidak mencukupi. Mulai dari cicilan kartu kredit, pinjaman online, hingga hutang konsumtif lainnya. Sayangnya, jika tidak dikelola dengan bijak, hutang bisa berubah menjadi beban yang menekan kesehatan mental, hubungan sosial, bahkan masa depan finansial.
Kabar baiknya, ada banyak strategi cara bebas dari hutang yang realistis, bisa kamu terapkan bahkan dengan penghasilan sederhana. Mari kita bahas langkah-langkahnya secara detail.
1. Catat Semua Hutangmu
Langkah awal yang sering dihindari adalah mengakui kondisi keuangan. Banyak orang memilih menutup mata karena merasa malu atau takut. Padahal, kejujuran pada diri sendiri adalah fondasi cara bebas dari hutang.
Buat daftar semua hutang: jumlah pokok, bunga, jatuh tempo, dan krediturnya. Dengan begitu, kamu punya gambaran jelas situasi sebenarnya.
Contohnya, ada seorang karyawan yang awalnya tidak tahu berapa banyak hutang kartu kredit yang ia miliki. Setelah menuliskan semuanya, ia kaget karena totalnya mencapai Rp35 juta. Dari situ, ia mulai menyusun strategi pelunasan.
2. Bedakan Utang Produktif dan Konsumtif
Tidak semua hutang buruk. Utang produktif adalah pinjaman yang digunakan untuk menghasilkan nilai tambah, misalnya modal usaha atau KPR rumah. Sedangkan utang konsumtif seperti belanja barang mewah dengan kartu kredit justru menggerus stabilitas keuangan.
Untuk fokus pada cara bebas dari hutang, utamakan pelunasan utang konsumtif terlebih dahulu. Misalnya, jika kamu punya cicilan motor untuk ojek online (produktif) dan cicilan kartu kredit untuk belanja gadget (konsumtif), maka prioritaskan melunasi yang konsumtif lebih dulu.
3. Terapkan Strategi Snowball atau Avalanche
Ada dua metode populer dalam melunasi hutang:
- Debt Snowball: Bayar hutang dari nominal terkecil terlebih dahulu. Setelah lunas, lanjutkan ke hutang berikutnya. Cara ini memberi efek psikologis positif karena kamu merasa berhasil lebih cepat.
- Debt Avalanche: Bayar hutang dengan bunga tertinggi lebih dulu. Strategi ini lebih efisien secara finansial karena mengurangi beban bunga jangka panjang.
Menurut riset dari Journal of Consumer Research (Amar et al., 2011), metode snowball lebih efektif meningkatkan motivasi karena orang merasa progres lebih cepat.
Misalnya, jika kamu punya tiga hutang: Rp2 juta (bunga 2%), Rp5 juta (bunga 5%), dan Rp10 juta (bunga 3%). Snowball menyarankan melunasi Rp2 juta dulu, sedangkan avalanche menyarankan melunasi Rp5 juta lebih dulu.
Baca Juga: Cara Mengatur Gaji Bulanan Agar Tidak Boros
4. Buat Anggaran Ketat dan Kurangi Gaya Hidup Konsumtif
Sulit untuk melunasi hutang jika pengeluaran lebih besar daripada pemasukan. Karena itu, cara bebas dari hutang yang efektif adalah dengan memangkas biaya konsumtif.
Gunakan metode 50-30-20:
- 50% untuk kebutuhan pokok,
- 30% untuk keinginan,
- 20% untuk tabungan dan pembayaran hutang.
Misalnya, Dedi biasa nongkrong di kafe setiap minggu. Setelah sadar pengeluaran ini menghambat pelunasan hutangnya, ia menggantinya dengan membuat kopi sendiri di rumah. Penghematan Rp500 ribu per bulan ia alihkan untuk melunasi hutang.
5. Tambah Sumber Penghasilan
Mengurangi pengeluaran saja tidak cukup. Jika hutangmu cukup besar, kamu perlu menambah pemasukan. Bisa melalui kerja sampingan, freelance, atau menjual barang yang tidak terpakai.
Misalnya, Siti seorang guru honorer. Untuk melunasi hutang Rp15 juta, ia membuka jasa les privat pada sore hari. Dalam setahun, tambahan penghasilan ini membuatnya bisa melunasi seluruh hutangnya lebih cepat.
Menurut survei Bank Indonesia (2021), banyak keluarga Indonesia menutupi cicilan hutang dengan mencari penghasilan tambahan, dan strategi ini terbukti efektif.
6. Hindari Menambah Hutang Baru
Salah satu kesalahan terbesar adalah mencoba menutup hutang lama dengan hutang baru. Istilahnya “gali lubang tutup lubang”. Alih-alih bebas, beban justru makin berat.
Jika terpaksa harus berhutang, pastikan sifatnya produktif, dengan bunga rendah, dan ada rencana pelunasan yang jelas. Namun, selama dalam proses cara bebas dari hutang, sebaiknya stop dulu semua pengajuan pinjaman.
Baca Juga: 12 Cara Menambah Penghasilan Bulanan yang Bisa Kamu Coba
7. Bangun Dana Darurat
Mungkin terdengar aneh, tapi menabung dana darurat adalah bagian penting dari cara bebas dari hutang. Dana darurat mencegahmu kembali berhutang saat ada kebutuhan mendesak.
Idealnya, siapkan minimal 3–6 bulan biaya hidup. Mulailah dari nominal kecil, misalnya Rp500 ribu per bulan.
Misalnya, Anton punya dana darurat Rp10 juta. Saat motornya rusak, ia tidak perlu meminjam uang, cukup memakai dana tersebut. Ini menjaga rencana pelunasan hutangnya tetap berjalan.
8. Cari Dukungan dan Konsultasi Keuangan
Kadang, melunasi hutang butuh dukungan emosional maupun profesional. Kamu bisa bercerita dengan orang terdekat, bergabung komunitas literasi keuangan, atau berkonsultasi dengan perencana keuangan.
Menurut Lusardi & Mitchell (2014), tingkat literasi keuangan yang baik berhubungan langsung dengan menurunnya risiko terjerat hutang berlebihan.
Tantangan dalam Bebas dari Hutang
Perjalanan ini tidak selalu mulus. Tantangan yang sering muncul adalah:
- Godaan gaya hidup dan konsumsi impulsif.
- Tekanan sosial untuk mengikuti tren.
- Bunga pinjaman yang terus berjalan.
Namun, dengan konsistensi, mindset jangka panjang, dan strategi yang tepat, kamu bisa menaklukkan tantangan ini.
Hutang memang bisa menjadi beban berat, tapi bukan berarti tidak ada jalan keluar. Dengan mencatat semua hutang, memprioritaskan pelunasan, membuat anggaran ketat, menambah penghasilan, hingga membangun dana darurat, kamu bisa menemukan cara bebas dari hutang yang realistis.
Jangan mudah tergoda menambah hutang baru, dan terus fokus pada tujuan. Pada akhirnya, kebebasan finansial bukan sekadar soal uang, tetapi juga soal ketenangan hati.
Referensi:
- Foto Thumbnail: Freepik.com
- Amar, M., Ariely, D., Ayal, S., Cryder, C., & Rick, S. (2011). Winning the Battle but Losing the War: The Psychology of Debt Management. Journal of Consumer Research, 38(1), 7–20. https://doi.org/10.1086/658165
- Lusardi, A., & Mitchell, O. S. (2014). The Economic Importance of Financial Literacy: Theory and Evidence. Journal of Economic Literature, 52(1), 5–44.
- Bank Indonesia. (2021). Survei Perilaku Konsumen dan Hutang Rumah Tangga. Jakarta: BI.
- Otoritas Jasa Keuangan (OJK). (2022). Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan. Jakarta: OJK.